Sejarah Kerajaan Demak
Sejarah
sejarah
MASA KEJAYAAN KERAJAAN ISLAM DEMAK DAN RAJA YANG MEMERINTAH FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN SEJARAH Maret 2012 ...
Rabu, 20 Maret 2013
sejarah
MASA KEJAYAAN KERAJAAN ISLAM DEMAK
DAN RAJA YANG MEMERINTAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Maret 2012
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Masa Kejayaan Kerajaan Islam Demak dan Raja Yang Memerintah
A.
Penyebaran Agama Islam di Demak
Berdirinya kerajaan Islam dan bandar dagang di pantai utara Pulau Jawa tidak terjadi dengan begitu saja namun menurut Tome Pires dalam bukunya SUMA Oriental, yang menggambarkan Pulau Jawa sekitar tahun 1515. Bahwa menurutnya perpindahan kekuasaan politik dari tangan orang Hindu-Buddha, ke tangan orang Islam terjadi dengan dua cara:
11)
Bangsawan Jawa yang kafir dengan sukarela memeluk agama baru itu; di tempat-tempat mereka memperoleh kekuasaan dan tetap berkuasa mesti telah berpindah agama, pedagang islam dipandang sangat terhormat. Demkian pula para cendikiawan agama islam yang tinggal di rumah para pedagang.
22)
Orang asing yang beragama Islam, dari bermacam-macam bangsa yang bertempat tinggal di perkampungan tersendiri di bandar-bandar mereka membua rumah menjadi kubu pertahanan;dari tempat-tempat itulah mereka menyerang perkampungan orang kafir; akhirnya mereka merebut seluruh pemerintahan bandar.
Dari keterangan yang kedua di atas masih belum jelas bagaimana kelanjutan atau bagaimana setelah penyerangan tersebuat, apa kubu islam atau orang kafir yang menang dan bagaimana nasib bagi yang kalah, apakah mereka yang kalah tewas atau melarikan diri.
Menurut dugaan Pires dalam catatannya bahwa, pedagang Islam semula dari golongan menengah dan kadang-kadang bangsa asing, setelah mencapai kekuasaan dan kehormatan, mengubah tingkah laku dan cara hidup mereka. Yang semula mereka pedagang berubah menjadi golongan bangsawan, yang kemudian mendapat hak memiliki tanah (De Graaf dan Pigeaud,1985: 30) dari pernyataan Pires di atas dapat diketahui bahwa telah terjadi perubahan dalam bidang susunan politik kota di pantai utara Jawa. Dengan cara kekerasan orang-orang tersebut memiliki tanah juga di ketahui dilakukan oleh orang asing dan pelaut (De Graaf dan Pigeaud,1985: 31).
Dari keterangan di atas kita dapat mengetahu bagaimana Islam dapat berkuasa di daerah Pantai Utara Jawa. Namun penguasaan daerah maupun wilayah di lakukan dengan cara kekerasan dengan meniru orang asing dan paa pelaut. Hal tersebut termasuk wajar karena jika orang baru masuk islam, dalam tindakannya mengusai wilayah dengan kekerasan sangat wajar dan idak mengagetkan karena mereka baru mengenal tentang agama Islam, sehingga belum mendalami tentang agama Islam yang sebenarnya.
B.
Letak Demak, ekologi
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah,
letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian, yaitu Demak terletak di tepi selat di antara Pegunungan Muria dan Jawa (De Graaf dan Pigeaud,1985: 38). Dari letak yang diapit oleh dua pegunungan jelas letak Demak sangat strategis, karena dengan berdekatan dengan gunung maka tanah di Demak sangat subur karena menganadung abu fulkanik, selain itu letak demak yang berdekatan denagan laut sehingga dapat digunakan sebagai pelabuhan untuk kapal-kapal pedagang. Demak juga telah menjadi gudang padi dari daerah pertanian di tepian selat tersebut pada abad XVI. Hasil panen sawah di daerah Demak rupanya pada zaman dahulu pun sudah baik. Dari sistem pengairan juga sudah baik, persediaan padi utuk kebutuhan sendiri dan untuk perdagangan masih dapat ditambahi oleh para pengusa di Demak tanpa banyak kendala.
Kota Juwana konon merupakan kota yang maju pada tahun 1500, namun menurut Pires (
Suma Oriental)
pada tahun 1513 kota Juwana dihanjurkan dan dikosongkan oleh Gusti Patih, seorang panglima besar Kerajaan Majapahit, sekaligus merupakan bentuk perlawanan terakhir kerajaan yang telah terhitung tua itu (De Graaf dan Pigeaud,1985: 38). Dari berhentinya fungsi dari kota Juwana maka berakibat positif bagi Demak, karena dengan berhentinya kota Juwana maka mengakibatkan demak menjadi sentral penguasa pertanian, sekaligus menjadi kota satu-satunya yang masih berkembang dan maju.
Gambar 1.1
Peta Demak
Selain Juwana, juga terdapat Jepara sebelah barat gunung Muria dan di di sebelah barat Jepara terdapat pantai. Jepara mempunyai pelabuhan yang aman yang (semula) di lindungi oleh tiga pulau kecil, karena letak Jepara yang dekat dengan pantai maka, menguntungkan bagi kapal dagang yang lebih besar yang belayar dari pantai utara Jawa menuju Maluku dan kembali ke barat. Pada abad XVII, ketika jalan pelayaran pintas di sebelah selatan pegunugan ini tidak lagi dapat dilayari dengan perahu besar karena telah menjadi dangkal oleh endapan lumpur, maka Jepara menjadi pelabuhan Demak.
Gambar 1.2 Peta Kekuasaan Demak
C.
Raja Pertama Yang Berkuasa Di Demak
Demak adalah negara Islam yang pertama di Jawa, negara Islam ke-3 di Nusantara dan ke-4 di Asia Tenggara. Ibu kotanya Demak, kota pelabuhannya Semarang, dan kota pelabuhannya terpisah dari pusat admistrasi( Slamet Muljana, 2005: 194). Demak didirikan oleh Raden Patah, Raden patah adalah putra raja Majapahit yang terakhir, yaitu Brawijaya, yang konon Ibu dari Raden Patah adalah seorang putri Cina (Cempa/ Kamboja) dari keraton raja Majapahit. Pada saat putri Cina sedang hamil ia di pindahkan ke Palembang sebagai hadiah untuk seorang anak emas yang menjabat sebagai Gubernur, sehingga raden Patah lahir di Palembang. Ada cerita lain bahwa Raden Patah mempunyai nama lain, yaitu Jin Bun. Jin Bun pemberian nama yang mungkin sesuai dengan tempat dilahirkannya Raden atah yaitu tempat dekat dekat dengan Demak, Jinbun. Jin Bun adalah nama kecil Raden Patah karena “Jin Bun adalah peranakan Jawa-Tionghoa yang diasuh dalam masyarakat Tionghoa Islam” (Slamet Muljana, 2005: 196). Definisi jika Raden Patah adalah keturunan Jawa-Tionghoa memang tidak salah karena konon Raden Patah merupakan anak dari putri Cina. Nama Raden patah sendiri didapatkan setelah ia menjadi sultan di Demak yang di beri nama Al-Fatah, yang di dalam
Babad Tanah Jawi
dan
Serat Kanda
dikenal sebagai Raden Patah. Sedikit tentang Raden Patah atau Jin Bun sebagai Raja pertama di Demak.
Dari cerita yang cukup rumit ternyata bahwa ada hubungan yang berkesinambungan antara dinasti Majapahit-Demak yang sangat penting, juga hal istimewa tentang keturuan Cina dan putri asal dari Palembang tadi. Hal ini memang agak membingungkan karena kesemerawutan asal dak keturunan yang dihasilkan. Sehingga dapat di simpulkan bahwa “asal usul dinasti Demak itu dari ‘Cina’ (H.J. de Graaf dan Pigeaud,1985: 44). Tempat itu kemudian tumbuh dan berkembang sebagai pusat kerajaaan Islam pertama-tama di Pulau Jawa sejak abad ke-15, mungkin sejak lenyapnyaibu kota kerajaan Majapahit di daerah Trowulan oleh Wangsa Girindrawardana dari kerajaan Kadiri tahun 1474 (Poesponegoro, 2010:52). Karena keruntuhan Majapahit diperkirakan pada tahun 1478 M, sehingga mengakibatkan mulai munnculnya kekuatan Islam baru di wilayah Demak.
Selain itu dalam kemunculan Demak ikut berperan juga para ulama yang sangat dihormati yaitu “Wali Songo”, dimana mereka ikut bahkan bisa disebut sebagai pelopor berdiriya Masjid Demak. Dalam pembangunan Masjid Demak sangat kental akan hal-hal mistik islam dan teologi. Pada dinding mihrab Masjid Demak pula mencatatkan tahun 1401 Saka atau 1479 M. Menurut Tone Pires pada tahun 1512-1515 demak bertumbuh menjadi kota besar dengan jumlah rumah kurang lebih 8.000 atau 14.000 (Poesponegoro, 2010:52). Dari keterangan tersebut dapat diperkirakan jika tiap rumah ada 2-5 orang maka dapat diperkirakan jumlah penduduk di Demak 14.000- 70.000 orang, jadi penduduk Demak pada waktu itu cukup banyak.
Brawijaya lebih kurang setengah abad meninggalkan pusat kerajaan Majapahit dan pindah ke Daha atau Kadiri yang akhirnya jatuh pada tahun 1526 kepada kerajaan Islam Demak (Poesponegoro, 2010:52). Kemungkian alasan kepindahan Brawijaya karena perebutan kekuasaan dalam keluarga Majapahit itu sendiri. Sehingga Brawijaya menghindar agar tidak terjadi pertumpahan darah, maka ia berpindah ke Daha ke Kediri.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan kerajaan Demak meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di kalimantan. Disampin itu, kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan –pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkemabng menjadi pelabuhan transito (penghubung).
Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama islam. Jasa para Wali dalam penyebaran agama islam sangatlah besar, baik di pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar pulau Jawa, seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang bernama Tunggang Parangan.
D.
Penguasa Islam Kedua di Demak
Masa kejayaan Demak bisa dilihat ketika tampuk kekuasaan Demak dipegang oleh anak pertama atau putra sulung dari Raden Patah yaitu Pangeran Sabrang-Lor. Nama itu ternyata julukan dimana ia berasal yaitu dari “Pantai Utara” hal tersebut terdapat di dalam naskah cerita dan babad dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut Tome Pires dalam (
Suma Oriental, hlm. 195)
menyebutkan raja kedua Demak adalah Pate Rodim (Rodin) Sr., ia menyebutkan bahwa Rodi adalah
persona de grande syso
“orang yang arif” dan
cavaleiro
“seorang ksatria” bangsawan, dan teman seperjuangan Pate Zeinall atau Zeynall dari Gresik, patih tertua di Jawa. Ada juga nama lain darri Pangeran Sabrang-Lor yaitu Yat Sun atau Adipati Unus/Yunus.
Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M Raden Fatah memerintahkan Adipati Unu memimpin pasukan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu belum berhasil, karena pasukan Portugis jauh lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat julukan
Pangeran Sabrang Lor
.
Pires menyebutkan juga bahwa konon ia mempunyai armada laut yang terdiri dari 40 kapal jung, yang didapatkan dari daerah yang telah ditaklukannya, antara lain Jepara di sebelah utara Sindang Laut (
Suma Oriental
, hlm. 185). Sejak tahun 1509, Yat Sun telah bersiap-siap untuk menyerang Malaka, karena sudah lama ia mengincar potensi dari Malaka itu sendiri sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Namun usahnya itu di dahului oleh orang-orang Portugis. Pada bulan Agustus 1511 pelabuhan Malaka jatuh ke tangan orang-orang Portugis. Karena Portugis baru masuk di Malaka sehingga menurut Yat Sun mereka masih belum kuat dalam pertahanannya, sehigga Yat Sun berniat untuk menyerang Malaka secara mendadak untuk mengambil daerah malaka sebagai daerah kekusaanya. Dengan memenfaatkan mata-mata yaitu para pedagang dari Jawa sebagi persiapan perang. Mata-mata tersebut di ketuai oleh Utimuti Raja. Ia merupakan pihak yang pernah memberikan bantuan Portugis untuk menyerang Malaka. Namun setelah Portugis berhasil memduduki Malaka, ia malah menjalih hubungan kerjaasama gelap dengan para pedagang Jawa yang pulang pergi belayar dari Jawa ke Malaka, dengan membawa tugas dari Demak. Namun perann dari Utimuti Raja sejauh mana masih belum jelas.
Dalam persiapan untuk menyerang Malaka, Yat Sun juga meminta bantuan kepada Kin San alias Raden Kusen , ia penguasa tertinggi di Semarang. Kin San pernah bertindak sebagai mata-mata di Majapahit. Yat Sun balajar banyak kepada pemimpiin tertinggi Semarang tersebut mengenai taktik perang. Pada tahun 1512 Adipati Yunus kembali memimpin armada perang Demak, dengan mengharapkan bantuan masyarakat, Jawa namun bantuan tersebut tidak kunjung datang karena pemimpinnya menyingkir ke Cirebon. Karena armada yang terlanjur datang maka penyerangan tersebut dilaksanakan dan tanpa bantuan masyarakat Jawa. Namun karena kalah dalam persenjataan dan berhasil diusir menjauh dari kawasan laut kekuasan Porugis. Dibelakang kemenagan Portugis ternyata mendapat bantuan menantu ultan Mahmud, yakni sultan Abdullah Raja dari Kampar. Hal ini sengaja di lakukan Abdulah karena ia ingin diangkat menjadi sultan di Malaka menggantikan sultan Mahmud, di bawah naungan Portugis tentunya. Namun usahnya tidak berhasil karena orang Portugis tidak suka terhadap orang-orang Muslim, meskipun ia telah memberikan bantuan kepada Portugis.
Pertahanan Portugis kuat karena pertahanannya berbrntuk benteng yaitu benteng A-Famosa. Benteng A-Famosa (bahasa Malaysia: Kota A Famosa; dalam bahasa Portugis berarti "terkenal") adalah benteng Portugis di Malaka, Malaysia. Benteng ini merupakan salah satu sisa arsitektur Eropa paling tua di Asia. Gerbang kecil yang disebut Porta de Santiago merupakan satu-satunya bagian benteng yang masih tersisa hingga kini. Beneng ini berada di sebela kiri sungai Malaka.
Gambar 1.3 Benteng A Famosa tampak depan
Gambar 1.4 Benteng A Famosa tampak samping
Karena kokohnya benteng tersebut tidak menyurutkan semangat Yat Sun untuk menyerang Malaka, namun dengan persiapan yang lebih baik tentunya. Persiapannya berupa memperlipat gandakan produksi kapal di galangan Semarang untuk memperbesar armadanya. Dengan diperbanyaknya armada kapal maka diharpkan dapat mengpung kota Malaka dari laut. Dengan penyerangan pertama Yat Sun menganalisis situasi dan letak benteng A Famosa yang berada di atas bukit, maka diperintahkan untuk membuat kapal dengan model khusus. (De Graaf dan Pigeaud,1985: 216) diperintahkan , membuat kapal-kapal kayu ddenagn model Ta Chih (buatan Aceh), tiruan kapal Djafar Sadik untuk diperbaiki di gelanggangan kapal di Semarang pada tahun 1513, untuk kapal model Tiongkok yang dapat memuat 400 orang prajurit atau muatan seratus ton, perlu diubah untuk memperoleh kecepatan yang lebih tinggi.
Dari persiapan yang telah dilakaukan lebih siap dan terencana, maka dengan armada yang besar dan prajurit dan senjata lebih baik maka dilakukan penyerangan kembali untuk merobohkan benteng Portugis di Malaka, penyerangan dilakukan pada tahun 1521. N1mn sayangnya penyerangan tersebut gagal. Namun tidak diketahui faktor kegagalan penyerangan tersebut. Salah satu kelemahan demak pada persenjataan, yaitu meriam tembak jarak jauh yang dimiliki oleh Portugis dapat mengalahkan demak yang mendekati pantai laut, karena meriam tersebut tidak dimiliki oleh Demak, sehingga mengakbatkan Demak kalah (Slamet Muljana, 2005: 240). Yat Sun tewas dalam peperangan melawan Portugis.
E.
Sultan Trenggono/ Trengganaa
Sultan Trenggono
adalah Sultan Demak yang ketiga, Sultan Trenggono
adalah putra Raden Patah pendiri Demak yang lahir dari permaisuri Ratu Asyikah putri Sunan Ampel ( Muljana: 2005 ). Menurut Suma Oriental Karangan Tome Pires ia dilahirkan sekitar tahun 1483. Ia merupakan adik kandung Pangeran Sabrang Lor, raja Demak sebelumnya (versi Serat Kanda). Sultan Trenggono memiliki beberapa orang putra dan putri. Diantaranya yang paling terkenal ialah Sunan Prawoto yang menjadi raja penggantinya, Ratu Kalinyamat yang menjadi bupati Jepara, Ratu Mas Cempaka yang menjadi istri Sultan Hadiwijaya, dan Pangeran Timur yang berkuasa sebagai adipati di wilayah Madiun dengan gelar Rangga Jumena. Pada tahun 1504 Tranggana konon sudah berkuasa (
De Graaf dan Pigeaud,1985: 47).
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah.
Pada tahun 1546 Sultan Trenggono menyerang Panarukan, Situbondo yang saat itu dikuasai Blambangan. Sunan Gunung Jati membantu dengan mengirimkan gabungan prajurit Cirebon, Banten, dan Jayakarta sebanyak 7.000 orang yang dipimpin Fatahillah. Mendez Pinto bersama 40 orang temannya saat itu ikut serta dalam pasukan Banten. Pasukan Demak sudah mengepung Panarukan selama tiga bulan, tapi belum juga dapat merebut kota itu. Suatu ketika Sultan Trenggono bermusyawarah bersama para adipati untuk melancarkan serangan selanjutnya. Putra bupati Surabaya yang berusia 10 tahun menjadi pelayannya. Anak kecil itu tertarik pada jalannya rapat sehingga tidak mendengar perintah Trenggono. Trenggono marah dan memukulnya. Anak itu secara spontan membalas menusuk dada Trenggono memakai pisau. Sultan Demak itu pun tewas seketika dan segera dibawa pulang meninggalkan Panarukan.
Sultan Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah Sultan Trenggana, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggana. Sultan Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto
Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi
Jayakarta
(berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai, seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal. Dengan demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun. Pada masa kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak keemasan dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur.
F.
Sunan Prawata
Sunan Prawata adalah nama lahirnya (Raden Mukmin) adalah raja keempat
Kesultanan Demak
. Ia lebih cenderung sebagai seorang ahli agama daripada ahli politik. Pada masa kekuasaannya, daerah bawahan Demak seperti
Banten
,
Cirebon
,
Surabaya
, dan
Gresik
, berkembang bebas tanpa mampu dihalanginya. Menurut
Babad Tanah Jawi
, ia tewas dibunuh oleh orang suruhan bupati Jipang
Arya Penangsang
, yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Setelah kematiannya,
Hadiwijaya
memindahkan pusat pemerintahan ke
Pajang
, dan Kesultanan Demak pun berakhir.
Sepeninggal
Sultan Trenggana
yang memerintah
Kesultanan Demak
tahun 1521-1546, Raden Mukmin selaku putra tertua naik tahta. Ia berambisi untuk melanjutkan usaha ayahnya menaklukkan
Pulau Jawa
. Namun, keterampilan berpolitiknya tidak begitu baik, dan ia lebih suka hidup sebagai ulama daripada sebagai raja. Raden Mukmin memindahkan pusat pemerintahan dari kota Bintoro menuju bukit Prawoto. Lokasinya saat ini kira-kira adalah desa
Prawoto
,
Kecamatan Sukolilo
,
Kabupaten Pati
,
Jawa Tengah
. Oleh karena itu, Raden Mukmin pun terkenal dengan sebutan Sunan Prawoto.
Pemerintahan Sunan Prawoto juga terdapat dalam catatan seorang
Portugis
bernama Manuel Pinto. Pada tahun 1548, Manuel Pinto singgah ke
Jawa
sepulang mengantar surat untuk uskup agung Pastor Vicente Viegas di
Makassar
. Ia sempat bertemu Sunan Prawoto dan mendengar rencananya untuk mengislamkan seluruh
Jawa
, serta ingin berkuasa seperti sultan
Turki
. Sunan Prawoto juga berniat menutup jalur beras ke
Malaka
dan menaklukkan
Makassar
. Akan tetapi, rencana itu berhasil dibatalkan oleh bujukan Manuel Pinto.
Cita-cita Sunan Prawoto pada kenyataannya tidak pernah terlaksana. Ia lebih sibuk sebagai ahli agama dari pada mempertahankan kekuasaannya. Satu per satu daerah bawahan, seperti
Banten
,
Cirebon
,
Surabaya
, dan
Gresik
, berkembang bebas; sedangkan
Demak
tidak mampu menghalanginya.
G.
Kehidupan Ekonomi Masyarakat Demak
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi Di atas, bahwa letak Demak sangat strategis di jalur perdagangan nusantara memungkinkan Demak berkembang sebagai kerajaan maritim. Apalagi dengan letak Demak yang berdekatan dengan pantai sebagai suatu kelebihan. Dalam kegiatan perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah di Indonesia bagian Timur dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat. Dengan demikian perdagangan Demak semakin berkembang, Dan hal ini juga didukung oleh penguasaan Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa.
Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi. Letak kerajaan Demak yang strategis , sangat membantu Demak sebagai kerajaan Maritim. Lagi pula letaknya yang ada di muara sungai Demak mendorong aktivitas perdagangan cepat berkembang. Di samping dari perdagangan, Demak juga hidup dari agraris. Pertanian di Demak tumbuh dengan baik karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan Bergota dan Jepara. Demak bisa menjual produksi andalannya seperti beras, garam dan kayu jati.
Wali-wali di Jawa kabarnya berpusat di masjid keramat di Demak, masjid yang mereka dirikan bersama (De Graaf dan Pigeaud,1985: 31). Dari hal tersebut mungkin masjidyang dimaksud adalah masjid Demak, masjid di gunakan sebagai tempat untuk para wali berdiskusi atau
Musawaratan.
Karena sebagai para wali mereka butuh tempat khusus untuk berdiskusi tentang hal yang menarik untuk dibicarakan.
Berkat dukungan Wali Songo , Demak berhasil menjadikan diri sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa yang memiliki pengaruh cukup luas. Untuk mendukung dakwah pengembangan agama Islam, dibangun Masjid Agung Demak sebagai pusatnya. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Bonar.
Para wali tersebut memiliki peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak bahkan para wali tersebut menjadi penasehat bagi raja Demak. Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara raja/bangsawan / para wali/ulama dengan rakyat. Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun Pondok Pesantren. Sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di antara orang-orang Islam).
Gambar 1.5 Masjid Demak
Demikian pula dalam
bidang budaya
banyak hal yang menarik yang merupakan peninggalan dari kerajaan Demak. Salah satunya adalah Masjid Demak, di mana salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad saw) yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon.
Dilihat dari arsitekturnya, Masjid Agung Demak seperti yang tampak pada gambar di atas tersebut memperlihatkan adanya wujud akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu dengan kebudayaan Islam. Salah satu peninggalan berharga kerajaan Demak adalah bangunan Masjid Demak yang terletak di sebelah barat alun-alun Demak. Masjid Agung Demak memiliki ciri khas yakni salah satu tiang utamanya terbuat dari tatal ( potongan kayu), atap tumpang, dan di belakngnya terdapat makam raja-raja Demak.
DAFTAR PUSTAKA
Graaf, De H.J. & Pigeaud, T.H. 1985.
Kerajaan Islam Pertama Di Jawa Sejarah Politik Abad XV dan XVI.
Jakarta: PT. Pusaka Utama Grafiti.
Muljana, Slamet. 2005.
Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa Dan Timbulnya Negara-Negara Islam Di Nusantara
. Yogyakarta: PT. Lkis Printing Cemerlang.
Poesponegoro, Marwati Djoened. 2008.
Sejarah Nasional Indonesia III Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
http://sejarah-andychand.blogspot.com/2012/05/kerajaan-demak.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Islam
http://indonesiiaku.blogspot.com/2013/03/cara-mempercantik-blog-terlengkap.html
Beranda
Langganan:
Postingan (Atom)